Perang Shiffin Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Beranda | Artikel

Perang Shiffin Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Selasa, 26 Juni 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Ali Musri Semjan Putra

Perang Shiffin Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A. dalam pembahasan Faedah-Faedah Sejarah Islam. Kajian ini disampaikan pada 9 Ramadhan 1439 H / 25 Mei 2018 M.

Download juga kajian sebelumnya: Perang Jamal Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Kajian Tentang Perang Shiffin Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib – Faedah Sejarah Islam

Perang ini sangat penting untuk kita bahas karena terjadinya berbagai asumsi atau berbagai pemahaman yang membawa kaum muslimin kepada keraguan dah bahkan membawa kepada prasangka yang tidak wajar kepada para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam.

Oleh karena itu perlu kiranya kita mencoba membahas dan meneliti sesuai dengan yang dipaparkan oleh para ulama kita dan juga berbagai peneliti yang mencari hakikat terjadinya perang ini.

Apa motivasi atau penyebab peperangan dan bagaimana akhir dari peperangan itu?

Sebelum kita membahas secara teliti, kita wajib menjaga kemuliaan dan kehormatan para sahabat. Kita juga wajib meyakini bahwa mereka adalah orang-orang mulia yang memiliki akhlak, keyakinan dan keikhlasan yang baik. Maka kita harus menjauhkan prasangka-prasangka yang buruk dari mereka.

Tuduhan ingin mendapatkan kekuasaan, cinta dunia, ingin membuat kerusakan ataupun tidak mencintai keluarga ahlul bait, semua itu harus kita jauhkan ketika kita membahas masalah-masalah yang terjadi diantara para sahabat. Karena antara Ali bin Abi Thalib dan Muawwiyah ini tidak ada yang saling mencacimaki atau saling merendahkan antara satu dengan yang lainnya.

Hal lain yang harus kita yakini adalah bahwa perkara yang terjadi diantara para sahabat itu adalah perkara yang berangkat dari perpedaan pandang atau ijtihad yang mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk berijtihad. Maka masing-masing dari dua kelompok ini terlepas siapa yang salah, mereka tetap dalam lingkaran mujtahidin. Artinya yang benar mendapat pahala dua disisi Allah subhanahu wa ta’ala, dan yang salah dalam ijtihadnya mendapatkan satu pahala satu dalam ijtihadnya.